LAPORAN
PRAKTIKUM
LANDASAN
ILMU NUTRISI
ANALISIS PROKSIMAT
DI
SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
NAMA: ISKANDAR B1D 211 117
ISMAINI B1D 011 118
JIHADUL FADLI B1D 011 121
JULIAN HIDAYAT B1D 011 122
JUMAIDI B1D
111 124
JUMRATUL KURNIA B1D 211 125
JUNAIDI B1D211127
KELAS : IIIB
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
UNIVERSITAS MATARAM
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat, karunia dan
ridho-Nya penyusunan laporan praktikum LANDASAN ILMU NUTRISI tentang ANALISA
PROKSIMAT.
Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada:
1.
Ir.Iqbal selaku dosen
pembimbing praktikum ahli LANDASAN ILMU NUTRISI
2.
Teman teman yang telah
membatu pelaksanaan praktikum ini.
Kami memahami
bahwa dalam laporan ini banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena
itu besar harapan penulis akan adanya sumbangan pemikiran dari berbagai kalangan
untuk perbaikan laporan berikutnya.
Terakhir, kami
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berperan dalam
membantu kegiatan praktikum dan membantu dalam penyusunan laporan sehingga
penulisan laporan ini dapat terselesaikan.
Mataram, Desember 2012
Kelompok
II
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI................................................................................................................................ iii
BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Praktikum................................................................................................ 2
1.3. Kegunaan praktikum.................................................................................................. 2
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 3
BAB III: MATERI DAN METODE........................................................................................... 6
3.1. Materi Praktikum....................................................................................................... 6
3.2. Metode Praktikum..................................................................................................... 6
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................... 9
4.1. Hasil Praktikum.......................................................................................................... 9
4.2. Pembahasn................................................................................................................. 12
BAB V: PENUTUP...................................................................................................................... 15
5.1. Simpulan.................................................................................................................... 15
5.2. Saran.......................................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................................. 16
LAMPIRAN................................................................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pakan adalah suatu bahan pakan atau campuran bahan pakan yang dimakan hewan
atau ternak serta mengandung energi, protein, dan nutrien lainnya yang
dibutuhkan oleh ternak serta tidak membahayakan untuk ternak. Analisis
proksimat merupakan cara analisis kimia bahan pakan berdasarkan atas komposisi
kimia dan kegunaannya, dari analisis proksimat dapat diketahui enam macam
fraksi yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar,
kadar serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa Nitrogen (BETN). Analisis proksimat dulu dikenal dengan analisis
Weende yang berarti hasilnya hanya mendekati sempurna.
Praktikum bahan pakan dan formulasi ransum bertujuan untuk menganalisis
proksimat, mengetahui kandungan nutrisi dalam sampel bahan pakan. Manfaat
praktikum analisis proksimat adalah mengetahui kadar air, kadar abu, kadar
protein kasar, kadar lemak kasar, kadar serat kasar dan kadar bahan ekstra
tanpa Nitrogen (BETN) dari bahan pakan.
Analisis
proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan
dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai
penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan
yang seharusnya terkandung di dalamnya.
Pakan merupakan
komponen pokok yang mengambil porsi terbesar dari biaya produksi suatu usaha
peternakan. Kualitasnya pakan ditentukan oleh kualitas bahan baku yang
menyusunnya. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan
ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu,
anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah
untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai
dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu
baik dan dalam jumlah cukup.
Ternak
membutuhkan zat-zat makanan yang ada dalam pakan seperti protein, karbohidrat,
dan lemak. Dengan adanya analisis proksimat, kandungan suatu pakan bisa diketahui.
Contohnya pada rerumputan. Kita bisa mengetahui kandungan zat makanan dalam
rumput. Setelah kita mengetahuinya, kita bisa membandingkan rumput apa saja
yang paling tinggi kandungannya dan paling cocok bagi ternak.
Selain itu,
analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula
ransum dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti mencari
kekurangan pada ransum tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum baru
dengan menambahkan zat makanan yang diperlukan.
B.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan yaitu:
a) untuk meningkatkan kemampuan praktikan dalam
menganalisis proksimat baik meliputi pengetahuan dasar dan aplikasinya
b)
untuk mengetahui
kandungan zat makanan dari bahan pakan yang akan diuji
C.
Kegunaan Praktikum
Kegunaan
dari praktikum ini adalah:
Praktikan dapat
mengetahui teknik-teknik untuk menganalisis kandungan kadar air, lemak, protein
serta serat kasar yang terdapat pada pakan ternak yang diuji.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis proksimat adalah
suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti
protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan
atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas
pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya
terkandung di dalamnya (Animous,2009).
Menurut Kamal (1998) disebut
analisis proksimat karena hasil yang diperoleh hanya mendekati nilai yang
sebenarnya, oleh karena itu untuk menunjukkan nilai dari system analisis
proksimat selalu dilengkapi dengan istilah minimum atau maksimum sesuai dengan
manfaat fraksi tersebut. Dari sisitem analisis proksimat dapat diketahui adanya
6 macam fraksi yaitu:1). Air, 2). Abu, 3). Protein kasar, 4). Lemak kasar
(ekstrak ether), 5). Serat kasar, 6). Ekstrak Tanpa Nitrogen (ETN). Khusus
untuk ETN nilainya dicari hanya berdasarkan perhitungan yaitu: 100% dikurangi
jumlah dari kelima fraksi yang lain.
Cara ini dikembangkan dari
Weende experiment station di Jerman oleh Henneberg dan Stocman pada tahun 1865,
yaitu suatu metode analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan.
Cara ini dipakai hampir di seluruh dunia dan disebut “analisis proksimat”.
Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tilman
etal.,1998).
Air
Air
Yang dimaksud air dalam
analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan dalam beberapa
waktu pada suhu 1050- 1100 C dengan tekanan udara
bebas sampai sisa yang tidak menguap mempunyai bobot tetap. Penentuan kandungan
kadar air dari suatu bahan sebetulnya bertujuan untuk menentukan kadar bahan
kering dari bahan tersebut (Kamal, 1998).
Sampel makanan ditimbang dan
diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 1050 C. Pemanasan berjalan hingga sampel tidak turun
lagi beratnya. Setelah pemanasan tersebut sampel bahan pakan disebut sebagai
sampel bahan kering dan penggunaanya dengan sampel disebut kadar air (Tillman et al., 1998).
Hijauan pakan segar berkadar
air sangat tinggi, setelah dikeringkan 550C sampai beratnya tetap diperoleh
bahan pakan dalam kondisi kering udara disebut juga berat kering, kering udara
atau dry weight. Bahan pakan konsentrat pada umumnya berada pada kondisi kering
udara dan sering disebut kondisi asfed (keadaan apa adanya) (Utomo dan
Soejono,1999).
Abu
Abu
Yang dimaksud abu adalah sisa
pembakaran sempurna dari suatu bahan. Suatu bahan apabila dibakar sempurna pada
suhu 500-600ºC selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan
terbakar menjadi CO2, H2O dan gas lain yang menguap,
sedang sisanya yang tidak menguap inilah yang disebut abu atau campuran dari
berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam
bahannya. Mineral yang terdapat pada abu dapat juga berasal dari senyawa
organik misalnya
fosfor yang berasal dari dari protein dan sebagainya. Disamping itu adapula
mineral yang dapat menguap sewaktu pembakaran, misalnya Na (Natrium), Cl
(Klor), F (Fosfor), dan S (Belerang), oleh karena itu abu tidak dapat untuk
menunjukan adanya zat anorganik didalam pakan secara tepat baik secara
kualitatif maupun kwantitatif (Kamal, 1998)
Penetuan kadar abu berguna
untuk menentukan kadar ekstrak tanpa nitrogen. Disamping itu kadar abu dari
pakan yang berasal dari hewan dan ikan dapat digunakan sebagai indek untuk kadar
Ca (Kalsium) dan P (Fofsor), juga merupakan tahap awal penentuan berbagai
mineral yang lain (Kamal,1998).
Protein Kasar
Protein kasar adalah nilai
hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan faktor 16% (16/100) atau hasil
kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor 6,25 (100/16). Faktor 16%
berasal dari asumsi bahwa protein mengandung nitrogen 16%. Kenyataannya
nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari protein saja
tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein atau nitrogen
nonprotein (non–protein nitrogen /NPN). Dengan demikian maka nilai yang
diperoleh dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang disebut protein
kasar (Kamal,1998).
Serat Kasar
Serat kasar adalah bagian dari
pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan
untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium
hidroksida (NaOH 1,25%). Piliang dan Djojosoebagio mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami
proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang dilakukan
di laboratorium. Dengan proses seperti ini dapat merusak beberapa macam serat
yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia
tiap-tiap bahan yang mengandung dinding sel.
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Ekstrak Tanpa Nitrogen dalam
arti umum adalah sekelompok karbohidrat yang kecernaannya tinggi, sedangkan
dalm analisis proksimat yang dimaksud Ekstrak Tanpa Nitrogen adalah sekelompok
karbohidrat yang mudah larut dengan perebusan menggunakan asam sulfat 1,25%
atau 0,255 N dan perebusan dengan menggunakan larutan NaOH 1,25% atau 0,313 N
yang berurutan masing-masing selama 30 menit. Walaupun demikian untuk penentuan
kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100%-
(%air+%abu+%serat kasar+%protein kasar+%lemak kasar). Ekstrak Tanpa Nitrogen
dipengaruhi oleh kandungan nutient lainnya yaitu protein kasar, air, abu, lemak
kasar dan serat kasar (Kamal, 1998).
BAB
III
MATERI DAN METODE
A.
Materi praktikum
-
Alat yang dibutuhkan selama
kegiatan praktikum berlangsung adalah :
-
Oven
-
Desikator
-
Cawan porselin
-
Timbangan analitik
-
Tang penjepit
-
Tanur
-
Kertas saring
-
Penangas air
-
Erlen meyer
|
-
Kompor distruksi
-
Beaker gelas
-
Pendingin balik
-
Tang penjepit
-
Crusibble
-
Kompor pemanas
-
Soxlet
-
Abu kjedal
-
Gelas ukur
-
Kompor destilasi
|
-
Bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan
praktikum kali ini adalah:
o
Sampel
o
H2SO4
o
Asam sulfat pekat
o
NaOH 40%
o
H3BO3
o
Petrolium benzen
B.
Metode praktikum
Metode-metode
yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
Kadar air :
-
Pertama-tama timbang berat cawan
kosong, catat bobotnya
-
Masukan sampel 1-2 gram kedalam
cawan kosong
-
Setelah itu masukan kedalam oven
pada suhu 105 0 C selama 8 – 12 jam
-
Setelah dari oven masukan kedalam
desikator, biarkan selama 10 menit timbang bobot dan menghitung kadar air
-
Hasil sampel yang telah
dikeringkan tersebut dimasukan dalam tanur 600 0 C selama 4 jam
hingga berubah bentuk menjadi abu.
-
Masukan kedalam desikator kemudian
timbang.
Kadar lemak:
-
Timbang berat kertas saring
kemudian catat bobotnya
-
Tambahkan 1 – 2 gram sampel ,
kemudian catat bobotnya
-
Sampel dimasukan kedalam oven pada
suhu 105 0C selama 8 – 12 jam.
-
Sampel yang telah dioven kemudian
masukan kedalam desikator dan langsung ditimbang
-
Masukan sampel kedalam soxlet dan
diekstrak selama 3 jam dengan bantuan petrolium benzen kedalam soxlet
-
Setelah itu masukan sampel dalam
oven selama 8 jam pada suhu 105 0C
-
Masukan kedalam desikator timbang
berat kertas + sampel ekstrak
Protein :
·
Proses destruksi
o
Timbang 0,25 gram sampel
o
Setelah ditimbang masukan kedalam
labu kjedhal
o
Tambahkan 7,5 mg H2SO4
kedalam abu kjedhal
o
Sampel dimasukan kedalam lemari
asam, di destruksikan selama 1 jam sampai berwarna bening
·
Proses destilasi
o
Tambahkan 100 ml aquades kedalam
tabung kjedal hasi destruksi
o
Masukan 50 ml NaOH 40% sambungkan
ke alat destilasi
o
Pada bagian bawah alat destilasi
erlenmeyer dengan H3BO3 3% sebanyak 25 ml. Sambungkan
kembali pada alat destilasi.
·
Serat kasar
o
Sampel hasil dari lemak tadi
dimasukan kedalam beaker glas
o
Tambahkan 100 ml H2SO4
0,215 N
o
Oksidasikan selama 30 menit.
Dihitung sejak air mulai mendidih
o
Setelah itu saring dengan
menggunakan kertass saring
o
Hasil saringan dimasukan kedalam
beker glas
o
Tambahkan NaOH 100 ml,kemudian oksidasikan
kembali selama 30 menit
o
Setelah itu saring kedalam
crusible, cuci hingga bersih
o
Masukan kedalam oven crusible +
sampel pada suhu 105 0C selama 8 – 12 jam. Kemudian timbang
o
Langkah terakhir timbang crusible
+ sampel yang telah dimasukan kedalam tanur sampai menjadi abu + 1 jam.
C.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
kali ini dilaksanakan pada tanggal 11 – selesai
pukul 11.00 wita – selesai di Laboratorium Ternak Ruminansia
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Praktikum
Hasil
yang didapat berdasarkan analisis yang dilakukan adalah disajikan dalam tabel
seperti dibawah ini.
Tabel
pengamatan untuk Kadar Air
kelompok
|
Berat
cawab kosong (A)
|
Berat
cawan + sampel (B)
|
Berat
cawan + sampel 1050C (C)
|
Berat
cawan + sampel 600 0 C (D)
|
Berat
sampel (E)
|
Kadar
air %
|
Kadar
BK %
|
Kadar
abu KU %
|
Kadar
abu %
|
1
|
20,815
|
20,707
|
21,676
|
20,916
|
1,000
|
13,9000
|
86,1000
|
10,1000
|
11,7305
|
2
|
19,706
|
21,815
|
20,575
|
19,806
|
1,001
|
13,1868
|
86,8132
|
9,9900
|
11,5074
|
3
|
19,357
|
20,478
|
20,327
|
19,463
|
1,121
|
13,4710
|
86,5299
|
9,4558
|
10,9277
|
4
|
22,663
|
23,729
|
23,607
|
22,796
|
1,066
|
11,4446
|
88,5554
|
12,4765
|
17,4766
|
5
|
20,212
|
21,281
|
21,134
|
20,365
|
1,069
|
13,7511
|
86,2488
|
14,3124
|
16,5942
|
Cara perhitungan
Berat sampel B – A = 21,815 – 19,706 = 1,001
Kadar air = B – C x 100
E
= 21,815 – 20,575 x 100
1,001
= 13,1868 %
Kadar
BK = 100 – kadar air
= 100 – 13,1868
= 86,8132 %
Kadar
abu = D – A x 100
E
= 19,806 – 19,706 x 100
1,001
= 9,9900 %
Kadar
abu BK = 100 x kadar abu
BK
= 100 x 9,9900
86,8312
= 11, 5074
Tabel
pengamatan hasil untuk Kadar Lemak
kelompok
|
Kertas saring
Kosong (a)
|
Berat kertas + sampel (b)
|
Berat kertas + sampel 105 0C (c)
|
Berat kertas + sampel ekst (d)
|
Berat sampel (e)
|
Kadar lemak kasar (%)
|
Kadar lemak BK %
|
1
|
0,467
|
1,475
|
1,342
|
1,305
|
1,008
|
3,6779
|
4,2716
|
2
|
0,473
|
1,500
|
1,357
|
1,332
|
1,027
|
2,4342
|
2,8039
|
3
|
0,442
|
1,479
|
1,336
|
1,305
|
1,037
|
2,9893
|
3,4546
|
4
|
0,516
|
1,548
|
1,402
|
1,381
|
1,032
|
2,0348
|
2,2977
|
5
|
0,479
|
1,511
|
1,339
|
1,350
|
1,014
|
3,3530
|
3,8875
|
Proses perhitungan untuk menentukan
Berat sampel = a – b = 1,500 – 0,473
= 1,027
Kadar lemak kasar = c – d x
100
e
= 1, 357 – 1,332 x 100
1,027
= 2,4342 %
Kadar
lemak BK = 100 x kadar lemak kasar
BK
=
100 x 2,4342
86,8312
=
2,8039%
Tabel pengamatan hasil untuk Protein kasar
Kelompok
|
Berat
sampel
|
Ml
titrasi
|
Protein
kasar (%)
|
PK
(BK) (%)
|
1
|
0,254
|
2,9
|
12,4876
|
14,5036
|
2
|
0,250
|
3,2
|
14,0000
|
16,1265
|
3
|
0,251
|
3,1
|
13,5084
|
15,6112
|
4
|
0,251
|
2,7
|
11,7654
|
13,2859
|
5
|
0,262
|
3,3
|
13,7762
|
15,9726
|
Cara perhitungan
Protein
kasar = ml titrasi x 0,125 x 0,014 x 6,25 x 100
Berat
sampel
=
3,2 x 0,125 x 0,014 x 6,25 x 100
0,250
=
14,0000 %
Protein BK = 100 x protein kasar
BK
= 100 x 14,0000
0,250
= 16,1265
%
Tabel pengamatan untuk hasil Serat Kasar
Kelompok
|
Berat sampel
|
Berat crusibel kosong
|
Berat crusible + sampel 1050 C
|
Berat
crusible + sampel 600 0C
|
Serat kasar (%)
|
SK – BK (%)
|
1
|
1,008
|
24,778
|
25,001
|
24,704
|
29,4642
|
34,2209
|
2
|
1,027
|
25,031
|
25,260
|
24,996
|
25,7059
|
29,6105
|
3
|
1,037
|
23,116
|
23,383
|
23,074
|
29,7974
|
34,4359
|
4
|
1,032
|
22,521
|
22,783
|
22,492
|
28,1976
|
31,8417
|
5
|
1,014
|
23,637
|
23,797
|
23,609
|
18,5404
|
21,4963
|
Cara perhitungan :
Serat kasar = Berat crusible + sampel 105 0C – berat
crusible + sampel 600 0C
Berat
sampel
=
25,260 – 24,996
1,027
=
25,7059 %
Serat Kasar (BK) = 100 x
serat kasar
BK
=
100 x 25,7059
86,8132
=
29,6105 %
Kandungan nutrisi dari berbagai macam tanaman
Tb
|
Kode sampel
|
Bahan kering
(%)
|
Abu (%)
|
Lemak kasar
(%)
|
Protein kasar (%)
|
1
|
A
|
100
86,100
|
11,7305
10,1000
|
4,2716
3,6779
|
15,9726
13,7762
|
2
|
B
|
100
86,8132
|
11,5074
9,9900
|
2,8039
2,4342
|
16,1265
14,0000
|
3
|
C
|
100
86,5299
|
10,9277
9,4558
|
3,4546
2,9893
|
15,6112
13,5084
|
4
|
D
|
100
88,5554
|
17,4766
12,4765
|
2,2977
2,0348
|
13,2859
11,7654
|
5
|
E
|
100
86,2489
|
16,5942
14,3124
|
3,8875
3,3530
|
14,5036
12,4876
|
B. Pembahasan
Dari hasil analisis proksimat yang sudah dilakukan didapatkan hasil, uji
kadar air yang dilakukan pada sampel B menunjukkan bahwa kadar air yang telah dihitung
dari pengurangan berat cawan + sampel yang telah dioven pada suhu 1050 C
dikurangi dengan berat cawan kosong dikali 100% dibagi dengan berat sampel dalam
jumlah kadar yang normal. Kebutuhan air
sangat tergantung pada bentuk pakan, kandungan bahan kering pakan, cara makan
serta suhu lingkungan. Pada ternak sapi setiap kg bahan kering yang dikonsumsi
memerlukan air minum 3 – 5 L. Pada ternak yang masih menyusu kebutuhan air
lebih besar lagi, yaitu dapat berkisar antara 6 – 7 L air/kg konsumsi bahan
kering. Sapi perah membutuhkan lebih banyak air untuk menjamin produksi
susunya. Pemberian air minum secara berlebih (ad libitum) pada sapi
perah laktasi dapat meningkatkan produksi susu antara 1 – 2 L/hari tanpa
penambahan pakan suplemen. Adanya garam dapur (NaCl) atau protein dalam
konsentrasi tinggi di dalam pakan akan memicu ekskresi urine, sehingga akan
menyebabkan peningkatan konsumsi air (Hendrawan
Soetanto-UB).
Pakan ternak ruminansia umumnya mengandung
lemak relatif rendah, yaitu kurang dari 5 % meskipun telah diberi pakan
konsentrat. Jika diberi hanya hijauan kadar lemaknya dapat lebih rendah lagi. Kadar Lemak yang didapat
dalam analisis proksimat pada sampel B berdasarkan BK 100% sebanyak 2,8039%
sedangkan kadar lemak berdasarkan BK 86,8132% sebanyak 2,4342% dari berat
sampel 1,027 gram. Namun demikian karena konsumsinya relatif banyak maka
sesungguhnya konsumsi lemak pakan juga relatif besar. Selain itu dengan adanya
pasok mikroba rumen yang mengandung fosfolipid, sehingga kebutuhan lemak bias
terpenuhi.
Kadar SK yang diperoleh dari sampel B dengan berat sampel 1,027 gram sebanyak 25,7059 %. Fungsi utama
serat kasar ada tiga yaitu, sebagai pengisi lambung, menjaga fungsi peristaltik
usus dan merangsang salivasi. Hasil fermentasi komponen serat kasar adalah
berupa VFA rantai pendek yaitu asam asetat yang berfungsi sebagai bakalan lemak
susu. Oleh arena itu imbangan antara hijauan dan konsentrat dalam pakan akan
berpengaruh juga terhadap kadar lemak susu. Pemberian sumber serat kasar dalam
bentuk panjang akan merangsang sekresi saliva sehingga berfungsi sebagai
penyanggah (buffering action) keasaman rumen. Hal ini akan menjegah terjadinya
acidosis serta merangsang aktivitas bakteri selulolitik yang sangat sensitif
terhadap keasaman (pH) di bawah 5. Gerakan peristaltik usus akan distimulir
oleh kehadiran serat kasar, sehingga fungsi usus menjadi normal. Penelitian
yang dilakukan di Rowett Research Institute, Aberdeen, UK menunjukkan bahwa
sapi yang dipelihara dengan menginfus cairan berisi zat gizi yang diperlukan
tetap dapat hidup, namun hanya mengeluarkan faeces dua atau tiga hari sekali.
Hal ini menunjukkan bahwa fungsi peristaltik usus mengalami gangguan.
Kadar PK yang didapat pada sampel B dengan
berat sampel 0,250 gram menghasilkan PK dalam BK 100% adalah 16,1265 %, dan PK dalam BK 86,8132% adalah 14,0000% ini menunjukkan bahwa protein kasar dalam BK
100% lebih tingi dari BK 86,8132%. Kebutuhan protein pada
ternak ruminansia pada awalnya didasarkan pada pemenuhan kebutuhan protein
kasar dengan pendekatan kecernaannya. Namun sebenarnya metode tersebut
mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya tidak membedakan antara protein murni
dan nitrogen bukan protein serta tidak dapat menggambarkan pemanfaatan nitrogen
bukan protein (Non Protein Nitrogen = NPN) di dalam tubuh ternak. Kecernaan
protein kasar dihitung dengan mengurangi protein yang dikonsumsi dengan protein
feses.
Dewasa ini telah diperkenalkan beberapa konsep
baru dalam menentukan kebutuhan dan evaluasi protein pakan untuk ternak
ruminansia. Ada enam konsep yang dikembangkan di beberapa negara yaitu : sistem
Rumen Degradable Protein dan Undegraded
Dietary Protein (RDP/UDP) yang dikembangkan di Inggis oleh ARC
tahun 1977, sistem Protein Digested in The Intestine
(PDI) di Prancis oleh INRA tahun 1978, Absorbable Protein in The
Intestine (API) di Swiss oleh LANDIS tahun 1979, Amino
Acid Truly Absorbed in The Small Intestine Protein Balance in Rumen
(AAT,PBV) tahun 1985, Absorbed Protein di USA oleh NRC
tahun 1985 dan Crude Protein Flow at Duodenum di Jerman tahun 1986.
Kadar Abu/ mineral yang
diperoleh dalam sampel B dengan berat sampel 1,001 gram dari BK 100% adalah 11,5074% sedangkan dari BK
86,8132% adalah 9,9900%. Mineral sangat penting untuk tubuh. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya
penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Meskipun abu
terdiri dari komponen mineral, namun bervariasinya kombinasi unsur mineral
dalam bahan pakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai
indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu. Kadar abu sutau bahan
pakan ditentukan dengan pembakaran bahan tersebut pada suhu tinggi (500-6000
C). Pada suhu tinggi bahan organik yang ada akan terbakar dan sisanya merupakan
abu.
BAB V
PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kadar Lemak yang didapat dalam analisis proksimat pada sampel B berdasarkan BK
100% sebanyak 2,8039% sedangkan kadar lemak berdasarkan BK 86,8132% sebanyak
2,4342% dari berat sampel 1,027 gram.
Kadar PK yang didapat pada sampel B dengan berat sampel
0,250 gram menghasilkan PK dalam BK 100% adalah 16,1265 %, dan PK dalam BK 86,8132%
adalah 14,0000%
ini menunjukkan bahwa protein kasar dalam BK 100% lebih tingi dari BK 86,8132%.
Kadar Abu/ mineral yang diperoleh dalam sampel B dengan berat sampel 1,001 gram
dari BK 100% adalah 11,5074% sedangkan dari BK 86,8132% adalah 9,9900%.
B. Saran
Diharapkan kepada semua praktikan
untuk datang tepat waktu dan mematuhi semua tata tertib praktikum, serta
memperhatikan langkah kerja praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Animous.2009.http://novalinahasugian.blogspot.com/2009/06/pendahuluan-analisis-proksimat-adalah.html.
Diakses pada tanggal 19/12/2012
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Lab. Makanan Ternak,
jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan
S. Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Utomo, R dan Soedjono, M. 1999. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum.
Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar