Sabtu, 22 Desember 2012

laporan landasan ilmu nutrisi


LAPORAN PRAKTIKUM
LANDASAN ILMU NUTRISI
ANALISIS PROKSIMAT






                                              DI SUSUN OLEH :                     
KELOMPOK II

NAMA:           ISKANDAR                                      B1D 211 117
                        ISMAINI                                            B1D 011 118
                        JIHADUL FADLI                             B1D 011 121
                        JULIAN HIDAYAT                          B1D 011 122
                        JUMAIDI                                           B1D 111 124
                        JUMRATUL KURNIA                     B1D 211 125
                        JUNAIDI                                            B1D211127
KELAS :         IIIB
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat, karunia dan ridho-Nya penyusunan laporan praktikum LANDASAN ILMU NUTRISI tentang ANALISA PROKSIMAT.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1.      Ir.Iqbal selaku dosen pembimbing praktikum ahli LANDASAN ILMU NUTRISI
2.      Teman teman yang telah membatu pelaksanaan praktikum ini.
Kami memahami bahwa dalam laporan ini banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu besar harapan penulis akan adanya sumbangan pemikiran dari berbagai kalangan untuk perbaikan laporan berikutnya.
Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berperan dalam membantu kegiatan praktikum dan membantu dalam penyusunan laporan sehingga penulisan laporan ini dapat terselesaikan.


                                                                                                Mataram,  Desember 2012


                                                                                                            Kelompok II


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................ iii
BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Praktikum................................................................................................ 2
1.3. Kegunaan praktikum.................................................................................................. 2
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 3
BAB III: MATERI DAN METODE........................................................................................... 6
3.1. Materi Praktikum....................................................................................................... 6
3.2. Metode Praktikum..................................................................................................... 6
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................... 9
4.1. Hasil Praktikum.......................................................................................................... 9
4.2. Pembahasn................................................................................................................. 12
BAB V: PENUTUP...................................................................................................................... 15
5.1. Simpulan.................................................................................................................... 15
5.2. Saran.......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 16
LAMPIRAN................................................................................................................................. 17

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pakan adalah suatu bahan pakan atau campuran bahan pakan yang dimakan hewan atau ternak serta mengandung energi, protein, dan nutrien lainnya yang dibutuhkan oleh ternak serta tidak membahayakan untuk ternak. Analisis proksimat merupakan cara analisis kimia bahan pakan berdasarkan atas komposisi kimia dan kegunaannya, dari analisis proksimat dapat diketahui enam macam fraksi yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa Nitrogen (BETN). Analisis proksimat dulu dikenal dengan analisis Weende yang berarti hasilnya hanya mendekati sempurna.
Praktikum bahan pakan dan formulasi ransum bertujuan untuk menganalisis proksimat, mengetahui kandungan nutrisi dalam sampel bahan pakan. Manfaat praktikum analisis proksimat adalah mengetahui kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa Nitrogen (BETN) dari bahan pakan.
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya.
Pakan merupakan komponen pokok yang mengambil porsi terbesar dari biaya produksi suatu usaha peternakan. Kualitasnya pakan ditentukan oleh kualitas bahan baku yang menyusunnya. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup.
Ternak membutuhkan zat-zat makanan yang ada dalam pakan seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Dengan adanya analisis proksimat, kandungan suatu pakan bisa diketahui. Contohnya pada rerumputan. Kita bisa mengetahui kandungan zat makanan dalam rumput. Setelah kita mengetahuinya, kita bisa membandingkan rumput apa saja yang paling tinggi kandungannya dan paling cocok bagi ternak.
Selain itu, analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula ransum dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti mencari kekurangan pada ransum tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum baru dengan menambahkan zat makanan yang diperlukan.
B.     Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan yaitu:
a)      untuk meningkatkan kemampuan praktikan dalam menganalisis proksimat baik meliputi pengetahuan dasar dan aplikasinya
b)      untuk mengetahui kandungan zat makanan dari bahan pakan yang akan diuji
C.     Kegunaan Praktikum
Kegunaan dari praktikum ini adalah:
Praktikan dapat mengetahui teknik-teknik untuk menganalisis kandungan kadar air, lemak, protein serta serat kasar yang terdapat pada pakan ternak yang diuji.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya (Animous,2009).
Menurut Kamal (1998) disebut analisis proksimat karena hasil yang diperoleh hanya mendekati nilai yang sebenarnya, oleh karena itu untuk menunjukkan nilai dari system analisis proksimat selalu dilengkapi dengan istilah minimum atau maksimum sesuai dengan manfaat fraksi tersebut. Dari sisitem analisis proksimat dapat diketahui adanya 6 macam fraksi yaitu:1). Air, 2). Abu, 3). Protein kasar, 4). Lemak kasar (ekstrak ether), 5). Serat kasar, 6). Ekstrak Tanpa Nitrogen (ETN). Khusus untuk ETN nilainya dicari hanya berdasarkan perhitungan yaitu: 100% dikurangi jumlah dari kelima fraksi yang lain.

Cara ini dikembangkan dari Weende experiment station di Jerman oleh Henneberg dan Stocman pada tahun 1865, yaitu suatu metode analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Cara ini dipakai hampir di seluruh dunia dan disebut “analisis proksimat”. Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tilman etal.,1998).

Air
Yang dimaksud air dalam analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan dalam beberapa waktu pada suhu 1050- 1100 C dengan tekanan udara bebas sampai sisa yang tidak menguap mempunyai bobot tetap. Penentuan kandungan kadar air dari suatu bahan sebetulnya bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari bahan tersebut (Kamal, 1998).
Sampel makanan ditimbang dan diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 1050 C. Pemanasan berjalan hingga sampel tidak turun lagi beratnya. Setelah pemanasan tersebut sampel bahan pakan disebut sebagai sampel bahan kering dan penggunaanya dengan sampel disebut kadar air (Tillman et al., 1998).

Hijauan pakan segar berkadar air sangat tinggi, setelah dikeringkan 550C sampai beratnya tetap diperoleh bahan pakan dalam kondisi kering udara disebut juga berat kering, kering udara atau dry weight. Bahan pakan konsentrat pada umumnya berada pada kondisi kering udara dan sering disebut kondisi asfed (keadaan apa adanya) (Utomo dan Soejono,1999).

Abu
Yang dimaksud abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan. Suatu bahan apabila dibakar sempurna pada suhu 500-600ºC selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2, H2O dan gas lain yang menguap, sedang sisanya yang tidak menguap inilah yang disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam bahannya. Mineral yang terdapat pada abu dapat juga berasal dari senyawa organik misalnya fosfor yang berasal dari dari protein dan sebagainya. Disamping itu adapula mineral yang dapat menguap sewaktu pembakaran, misalnya Na (Natrium), Cl (Klor), F (Fosfor), dan S (Belerang), oleh karena itu abu tidak dapat untuk menunjukan adanya zat anorganik didalam pakan secara tepat baik secara kualitatif maupun kwantitatif (Kamal, 1998)
Penetuan kadar abu berguna untuk menentukan kadar ekstrak tanpa nitrogen. Disamping itu kadar abu dari pakan yang berasal dari hewan dan ikan dapat digunakan sebagai indek untuk kadar Ca (Kalsium) dan P (Fofsor), juga merupakan tahap awal penentuan berbagai mineral yang lain (Kamal,1998).

Protein Kasar
Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor 6,25 (100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein atau nitrogen nonprotein (non–protein nitrogen /NPN). Dengan demikian maka nilai yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang disebut protein kasar (Kamal,1998).


Serat Kasar
Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 1,25%). Piliang dan Djojosoebagio mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang dilakukan di laboratorium. Dengan proses seperti ini dapat merusak beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap-tiap bahan yang mengandung dinding sel.

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Ekstrak Tanpa Nitrogen dalam arti umum adalah sekelompok karbohidrat yang kecernaannya tinggi, sedangkan dalm analisis proksimat yang dimaksud Ekstrak Tanpa Nitrogen adalah sekelompok karbohidrat yang mudah larut dengan perebusan menggunakan asam sulfat 1,25% atau 0,255 N dan perebusan dengan menggunakan larutan NaOH 1,25% atau 0,313 N yang berurutan masing-masing selama 30 menit. Walaupun demikian untuk penentuan kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100%- (%air+%abu+%serat kasar+%protein kasar+%lemak kasar). Ekstrak Tanpa Nitrogen dipengaruhi oleh kandungan nutient lainnya yaitu protein kasar, air, abu, lemak kasar dan serat kasar (Kamal, 1998).










BAB III
MATERI DAN METODE
A.    Materi praktikum
-          Alat yang dibutuhkan selama kegiatan praktikum berlangsung adalah :
-          Oven
-          Desikator
-          Cawan porselin
-          Timbangan analitik
-          Tang penjepit
-          Tanur
-          Kertas saring
-          Penangas air
-          Erlen meyer
-    Kompor distruksi
-    Beaker gelas
-    Pendingin balik
-    Tang penjepit
-    Crusibble
-    Kompor pemanas
-    Soxlet
-    Abu kjedal
-    Gelas ukur
-    Kompor destilasi
-          Bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum kali ini adalah:
o   Sampel
o   H2SO4
o   Asam sulfat pekat
o   NaOH 40%
o   H3BO3
o   Petrolium benzen
B.     Metode praktikum
Metode-metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
Kadar air :
-          Pertama-tama timbang berat cawan kosong, catat bobotnya
-          Masukan sampel 1-2 gram kedalam cawan kosong
-          Setelah itu masukan kedalam oven pada suhu 105 0 C selama 8 – 12 jam
-          Setelah dari oven masukan kedalam desikator, biarkan selama 10 menit timbang bobot dan menghitung kadar air
-          Hasil sampel yang telah dikeringkan tersebut dimasukan dalam tanur 600 0 C selama 4 jam hingga berubah bentuk menjadi abu.
-          Masukan kedalam desikator kemudian timbang.
Kadar lemak:
-          Timbang berat kertas saring kemudian catat bobotnya
-          Tambahkan 1 – 2 gram sampel , kemudian catat bobotnya
-          Sampel dimasukan kedalam oven pada suhu 105 0C selama 8 – 12 jam.
-          Sampel yang telah dioven kemudian masukan kedalam desikator dan langsung ditimbang
-          Masukan sampel kedalam soxlet dan diekstrak selama 3 jam dengan bantuan petrolium benzen kedalam soxlet
-          Setelah itu masukan sampel dalam oven selama 8 jam pada suhu 105 0C
-          Masukan kedalam desikator timbang berat kertas + sampel ekstrak
Protein :
·         Proses destruksi
o   Timbang 0,25 gram sampel
o   Setelah ditimbang masukan kedalam labu kjedhal
o   Tambahkan 7,5 mg H2SO4 kedalam abu kjedhal
o   Sampel dimasukan kedalam lemari asam, di destruksikan selama 1 jam sampai berwarna bening
·         Proses destilasi
o   Tambahkan 100 ml aquades kedalam tabung kjedal hasi destruksi
o   Masukan 50 ml NaOH 40% sambungkan ke alat destilasi
o   Pada bagian bawah alat destilasi erlenmeyer dengan H3BO3 3% sebanyak 25 ml. Sambungkan kembali pada alat destilasi.
·         Serat kasar
o   Sampel hasil dari lemak tadi dimasukan kedalam beaker glas
o   Tambahkan 100 ml H2SO4 0,215 N
o   Oksidasikan selama 30 menit. Dihitung sejak air mulai mendidih
o   Setelah itu saring dengan menggunakan kertass saring
o   Hasil saringan dimasukan kedalam beker glas
o   Tambahkan NaOH 100 ml,kemudian oksidasikan kembali selama 30 menit
o   Setelah itu saring kedalam crusible, cuci hingga bersih
o   Masukan kedalam oven crusible + sampel pada suhu 105 0C selama 8 – 12 jam. Kemudian timbang
o   Langkah terakhir timbang crusible + sampel yang telah dimasukan kedalam tanur sampai menjadi abu + 1 jam.

C.     Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum kali ini dilaksanakan pada tanggal 11 – selesai  pukul 11.00 wita – selesai di Laboratorium Ternak Ruminansia














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Praktikum
Hasil yang didapat berdasarkan analisis yang dilakukan adalah disajikan dalam tabel seperti dibawah ini.
Tabel pengamatan untuk Kadar Air
kelompok
Berat cawab kosong (A)
Berat cawan + sampel (B)
Berat cawan + sampel 1050C (C)
Berat cawan + sampel 600 0 C (D)
Berat sampel (E)
Kadar air %
Kadar BK %
Kadar abu KU %
Kadar abu %
1
20,815
20,707
21,676
20,916
1,000
13,9000
86,1000
10,1000
11,7305
2
19,706
21,815
20,575
19,806
1,001
13,1868
86,8132
9,9900
11,5074
3
19,357
20,478
20,327
19,463
1,121
13,4710
86,5299
9,4558
10,9277
4
22,663
23,729
23,607
22,796
1,066
11,4446
88,5554
12,4765
17,4766
5
20,212
21,281
21,134
20,365
1,069
13,7511
86,2488
14,3124
16,5942
Cara perhitungan
Berat sampel B – A = 21,815 – 19,706 = 1,001
Kadar air =   B – C     x 100
                        E
                = 21,815 – 20,575    x 100
                         1,001
                = 13,1868 %

Kadar BK = 100 – kadar air

                  = 100 – 13,1868

                  = 86,8132 %

Kadar abu = D – A      x 100
                        E
                  = 19,806 – 19,706     x 100
                            1,001
                  = 9,9900 %
Kadar abu BK = 100 x kadar abu
                            BK 
                        =  100         x 9,9900
                           86,8312
                        = 11, 5074

Tabel pengamatan hasil untuk Kadar Lemak
kelompok
Kertas saring
Kosong (a)
Berat kertas + sampel (b)
Berat kertas + sampel 105 0C (c)
Berat kertas + sampel ekst (d)
Berat sampel (e)
Kadar lemak kasar (%)
Kadar lemak BK %
1
0,467
1,475
1,342
1,305
1,008
3,6779
4,2716
2
0,473
1,500
1,357
1,332
1,027
2,4342
2,8039
3
0,442
1,479
1,336
1,305
1,037
2,9893
3,4546
4
0,516
1,548
1,402
1,381
1,032
2,0348
2,2977
5
0,479
1,511
1,339
1,350
1,014
3,3530
3,8875

Proses perhitungan untuk menentukan
Berat sampel = a – b =  1,500 – 0,473  = 1,027
Kadar lemak kasar =  c – d       x   100
                                      e
                               =  1, 357 – 1,332   x 100
                                       1,027
                               = 2,4342 %

Kadar lemak BK  =     100      x kadar lemak kasar
                                    BK
                             =        100     x 2,4342
                                    86,8312
                            =  2,8039%
Tabel pengamatan hasil untuk Protein kasar
Kelompok
Berat sampel
Ml titrasi
Protein kasar (%)
PK (BK) (%)
1
0,254
2,9
12,4876
14,5036
2
0,250
3,2
14,0000
16,1265
3
0,251
3,1
13,5084
15,6112
4
0,251
2,7
11,7654
13,2859
5
0,262
3,3
13,7762
15,9726
Cara perhitungan
Protein kasar = ml titrasi x 0,125 x 0,014 x 6,25 x 100
                                                Berat sampel
                      =  3,2 x 0,125 x 0,014 x 6,25 x 100
                                                0,250
                      =  14,0000 %

Protein BK      =  100 x protein kasar 
                             BK
                        =  100   x 14,0000
                            0,250
                        = 16,1265 %
Tabel pengamatan untuk hasil Serat Kasar
Kelompok
Berat sampel
Berat crusibel kosong
Berat crusible + sampel 1050 C
 Berat crusible + sampel 600  0C
Serat kasar (%)
SK – BK (%)
1
1,008
24,778
25,001
24,704
29,4642
34,2209
2
1,027
25,031
25,260
24,996
25,7059
29,6105
3
1,037
23,116
23,383
23,074
29,7974
34,4359
4
1,032
22,521
22,783
22,492
28,1976
31,8417
5
1,014
23,637
23,797
23,609
18,5404
21,4963

Cara perhitungan :
Serat kasar = Berat crusible + sampel 105 0C – berat crusible + sampel 600 0C
                                                            Berat sampel
                   =  25,260 – 24,996
                               1,027
                   =  25,7059 %
Serat Kasar (BK)  =    100     x  serat kasar
                                    BK

                              =        100      x 25,7059
                                    86,8132
                              =  29,6105 %

Kandungan nutrisi dari berbagai macam tanaman
Tb
Kode sampel
Bahan kering
(%)
Abu (%)
Lemak kasar
(%)
Protein kasar (%)
1
A

100
86,100
11,7305
10,1000
4,2716
3,6779
15,9726
13,7762
2
B

100
86,8132
11,5074
9,9900
2,8039
2,4342
16,1265
14,0000
3
C

100
86,5299
10,9277
9,4558
3,4546
2,9893
15,6112
13,5084
4
D

100
88,5554
17,4766
12,4765
2,2977
2,0348
13,2859
11,7654
5
E

100
86,2489
16,5942
14,3124
3,8875
3,3530
14,5036
12,4876

B.     Pembahasan
Dari hasil analisis proksimat yang sudah dilakukan didapatkan hasil, uji kadar air yang dilakukan pada sampel B menunjukkan bahwa kadar air yang telah dihitung dari pengurangan berat cawan + sampel yang telah dioven pada suhu 1050 C dikurangi dengan berat cawan kosong dikali 100% dibagi dengan berat sampel dalam jumlah kadar yang normal. Kebutuhan air sangat tergantung pada bentuk pakan, kandungan bahan kering pakan, cara makan serta suhu lingkungan. Pada ternak sapi setiap kg bahan kering yang dikonsumsi memerlukan air minum 3 – 5 L. Pada ternak yang masih menyusu kebutuhan air lebih besar lagi, yaitu dapat berkisar antara 6 – 7 L air/kg konsumsi bahan kering. Sapi perah membutuhkan lebih banyak air untuk menjamin produksi susunya. Pemberian air minum secara berlebih (ad libitum) pada sapi perah laktasi dapat meningkatkan produksi susu antara 1 – 2 L/hari tanpa penambahan pakan suplemen. Adanya garam dapur (NaCl) atau protein dalam konsentrasi tinggi di dalam pakan akan memicu ekskresi urine, sehingga akan menyebabkan peningkatan konsumsi air (Hendrawan Soetanto-UB).
Pakan ternak ruminansia umumnya mengandung lemak relatif rendah, yaitu kurang dari 5 % meskipun telah diberi pakan konsentrat. Jika diberi hanya hijauan kadar lemaknya dapat lebih rendah lagi. Kadar Lemak yang didapat dalam analisis proksimat pada sampel B berdasarkan BK 100% sebanyak 2,8039% sedangkan kadar lemak berdasarkan BK 86,8132% sebanyak 2,4342% dari berat sampel 1,027 gram. Namun demikian karena konsumsinya relatif banyak maka sesungguhnya konsumsi lemak pakan juga relatif besar. Selain itu dengan adanya pasok mikroba rumen yang mengandung fosfolipid, sehingga kebutuhan lemak bias terpenuhi.
Kadar SK yang diperoleh dari sampel B dengan berat sampel 1,027 gram  sebanyak 25,7059 %. Fungsi utama serat kasar ada tiga yaitu, sebagai pengisi lambung, menjaga fungsi peristaltik usus dan merangsang salivasi. Hasil fermentasi komponen serat kasar adalah berupa VFA rantai pendek yaitu asam asetat yang berfungsi sebagai bakalan lemak susu. Oleh arena itu imbangan antara hijauan dan konsentrat dalam pakan akan berpengaruh juga terhadap kadar lemak susu. Pemberian sumber serat kasar dalam bentuk panjang akan merangsang sekresi saliva sehingga berfungsi sebagai penyanggah (buffering action) keasaman rumen. Hal ini akan menjegah terjadinya acidosis serta merangsang aktivitas bakteri selulolitik yang sangat sensitif terhadap keasaman (pH) di bawah 5. Gerakan peristaltik usus akan distimulir oleh kehadiran serat kasar, sehingga fungsi usus menjadi normal. Penelitian yang dilakukan di Rowett Research Institute, Aberdeen, UK menunjukkan bahwa sapi yang dipelihara dengan menginfus cairan berisi zat gizi yang diperlukan tetap dapat hidup, namun hanya mengeluarkan faeces dua atau tiga hari sekali. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi peristaltik usus mengalami gangguan.
Kadar PK yang didapat pada sampel B dengan berat sampel 0,250 gram menghasilkan PK dalam BK 100% adalah 16,1265 %, dan PK dalam BK 86,8132% adalah 14,0000% ini menunjukkan bahwa protein kasar dalam BK 100% lebih tingi dari BK 86,8132%. Kebutuhan protein pada ternak ruminansia pada awalnya didasarkan pada pemenuhan kebutuhan protein kasar dengan pendekatan kecernaannya. Namun sebenarnya metode tersebut mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya tidak membedakan antara protein murni dan nitrogen bukan protein serta tidak dapat menggambarkan pemanfaatan nitrogen bukan protein (Non Protein Nitrogen = NPN) di dalam tubuh ternak. Kecernaan protein kasar dihitung dengan mengurangi protein yang dikonsumsi dengan protein feses.
Dewasa ini telah diperkenalkan beberapa konsep baru dalam menentukan kebutuhan dan evaluasi protein pakan untuk ternak ruminansia. Ada enam konsep yang dikembangkan di beberapa negara yaitu : sistem Rumen Degradable Protein dan Undegraded Dietary Protein (RDP/UDP) yang dikembangkan di Inggis oleh ARC tahun 1977, sistem Protein Digested in The Intestine (PDI) di Prancis oleh INRA tahun 1978, Absorbable Protein in The Intestine (API) di Swiss oleh LANDIS tahun 1979, Amino Acid Truly Absorbed in The Small Intestine Protein Balance in Rumen (AAT,PBV) tahun 1985, Absorbed Protein di USA oleh NRC tahun 1985 dan Crude Protein Flow at Duodenum di Jerman tahun 1986.
Kadar Abu/ mineral yang diperoleh dalam sampel B dengan berat sampel 1,001 gram dari BK 100% adalah 11,5074% sedangkan dari BK 86,8132% adalah 9,9900%. Mineral sangat penting untuk tubuh. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Meskipun abu terdiri dari komponen mineral, namun bervariasinya kombinasi unsur mineral dalam bahan pakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu. Kadar abu sutau bahan pakan ditentukan dengan pembakaran bahan tersebut pada suhu tinggi (500-6000 C). Pada suhu tinggi bahan organik yang ada akan terbakar dan sisanya merupakan abu.


BAB V
PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Kadar Lemak yang didapat dalam analisis proksimat pada sampel B berdasarkan BK 100% sebanyak 2,8039% sedangkan kadar lemak berdasarkan BK 86,8132% sebanyak 2,4342% dari berat sampel 1,027 gram. Kadar PK yang didapat pada sampel B dengan berat sampel 0,250 gram menghasilkan PK dalam BK 100% adalah 16,1265 %, dan PK dalam BK 86,8132% adalah 14,0000% ini menunjukkan bahwa protein kasar dalam BK 100% lebih tingi dari BK 86,8132%. Kadar Abu/ mineral yang diperoleh dalam sampel B dengan berat sampel 1,001 gram dari BK 100% adalah 11,5074% sedangkan dari BK 86,8132% adalah 9,9900%.

B.     Saran
Diharapkan kepada semua praktikan untuk datang tepat waktu dan mematuhi semua tata tertib praktikum, serta memperhatikan langkah kerja praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.


DAFTAR PUSTAKA
Animous.2009.http://novalinahasugian.blogspot.com/2009/06/pendahuluan-analisis-proksimat-adalah.html. Diakses pada tanggal 19/12/2012
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Lab. Makanan Ternak, jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S. Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Utomo, R dan Soedjono, M. 1999. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta







LAMPIRAN-LAMPIRAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar